Mengapa anak pasif dalam pelajaran?

Anak-anak lain terus-menerus mengangkat tangan dan mengajukan diri untuk menjawab satu per satu, tetapi anak ini selalu berada di pinggir lapangan... Semua anak bermain dan berlarian di jalan, tetapi anak ini hanya ingin dibiarkan sendiri. Kepasifan anak sekolah menimbulkan banyak masalah baginya, karena hal itu tidak memungkinkannya untuk mengekspresikan dirinya dengan baik dan menjadi sukses di antara teman-temannya. Apa alasan kepasifan seorang anak?

Masalah anak sekolah yang pendiam

Jika seorang anak sekolah tidak menunjukkan minat dalam pelajarannya, ia dinilai jauh lebih rendah daripada anak-anak lain. Ketika anak sekolah tumbuh dewasa, kepasifannya tidak memungkinkannya untuk mengekspresikan dirinya dengan baik di antara teman-temannya dan memberinya kesempatan untuk menunjukkan "aku"-nya sendiri.

Masalahnya adalah orang dewasa akan melakukan sesuatu jika anak itu agresif dan berubah-ubah. Namun jika tidak mengganggu, itu baik dan kita tidak akan menyentuhnya. Ini berbahaya bagi anak, karena ia dapat menyembunyikan emosi negatif yang bahkan tidak dicurigai oleh orang tua maupun guru. Namun, emosi negatif tersebut perlu dipecahkan. Jika tidak, di kemudian hari, di masa dewasa, masalah yang belum terselesaikan akan berubah menjadi sekumpulan kompleks dan kegagalan. Memang, Anda perlu bertindak terhadap anak seperti itu tidak segera, tidak gegabah, tidak agresif, tetapi dengan sabar dan bertahap, agar tidak membahayakan jiwa anak sekolah yang rapuh…

Ciri-ciri Psikologis Anak Sekolah Pendiam

Psikolog Rusia L. Slavina dengan sangat cermat mempelajari masalah anak-anak yang berperilaku pasif. Dan dia membentuk karakteristik perilaku mereka. Ada tiga karakteristik ini:

1. Anak tidak memiliki keterampilan dan kemampuan intelektual yang memadai
2. Anak tidak menyukai pekerjaan intelektual
3. Anak tidak tertarik untuk belajar tentang dunia di sekitarnya

Mari kita lihat masing-masing ciri ini untuk lebih memahami anak sekolah yang pendiam.

Keterampilan intelektual yang kurang merupakan kesenjangan dalam pengasuhan dan perkembangan anak. Artinya, ia kurang mendapat pelajaran, kurang mendapat penjelasan, dan tidak berminat mempelajari hal-hal baru. Sederhananya, anak tidak ditanamkan rasa ingin tahu. Siswa seperti itu tidak tahu bagaimana merasakan kegembiraan saat memperoleh pengetahuan. Ketertarikan ini perlu dikembangkan. Ketika siswa belajar mencari informasi yang berguna bagi dirinya sendiri dan menjawab dengan baik di kelas, ia akan mengembangkan kebiasaan untuk belajar lebih banyak. Toh, hal ini akan membuatnya berhasil.

Penolakan terhadap pekerjaan intelektual. Faktor ini merupakan hasil dari poin pertama. Jika seorang anak sekolah tidak dapat membanggakan kemampuan dan keterampilannya dalam kegiatan intelektual, maka ia tidak suka melakukan pekerjaan intelektual. Lagi pula, ia tidak menunjukkan hasil yang cemerlang dalam hal itu. Jadi, mengapa mencoba? Seorang anak sekolah suka melakukan apa yang dipujinya. Oleh karena itu, bahkan pencapaian kecil seorang anak dalam kegiatan intelektual harus didorong, yang dapat mengembangkan minatnya terhadap hal itu.

Anak sekolah tidak tertarik dengan dunia di sekitarnya. Hilangnya minat terhadap lingkungan terjadi ketika anak dihadapkan dengan tuntutan berlebihan yang tidak dapat dipenuhinya karena karakteristik psikologis atau fisiologisnya. Dan anak bereaksi dengan kehilangan minat. Ia tidak memiliki praktik kegiatan intelektual yang didorong dan membuat pekerjaannya produktif dan berhasil. Oleh karena itu, perlu untuk memberikan anak tugas-tugas sederhana yang dapat ia tangani dengan mudah, dan memuji mereka untuk setiap keberhasilan. Dengan cara ini, anak sekolah yang pendiam dapat dibuat menjadi raksasa pemikiran.

Alasan pasifnya di kelas

Masalah kepasifan berlebihan anak sekolah di kelas dan permainan, hubungan dengan teman sebaya dapat disebabkan oleh fitur biologis dari struktur sistem saraf.

Alasan lainnya adalah faktor keturunan. Jika orang tua atau kakek nenek seorang anak lebih suka duduk diam di sudut ruangan, anak tersebut mungkin menganggap perilaku tersebut normal dan mewarisinya.

Alasan lain mengapa anak menjadi pasif mungkin adalah mikrotrauma pada otak yang dialami selama kehamilan atau persalinan. Ini adalah penyimpangan psikologis yang tidak mengancam kehidupan anak sekolah, tetapi meninggalkan jejak pada perilakunya. Ada cukup banyak anak seperti itu di seluruh dunia - hingga 10%.

Kepasifan siswa di kelas juga dapat disebabkan oleh pola asuh yang terlalu banyak memberikan larangan kepada anak. Hal ini tidak boleh, tidak boleh, dan sama sekali tidak boleh. Akibatnya, sejak kecil anak sudah terbiasa hidup dalam batasan dan untuk melindungi dirinya dari keinginannya sendiri, ia menjadi acuh tak acuh terhadap semua jenis aktivitas, termasuk aktivitas intelektual.

Seorang anak mungkin bersikap pasif di sekolah karena iklim psikologis yang buruk dalam keluarganya. Bereaksi keras terhadap skandal di rumah, ia mungkin menutup diri, mengisolasi diri dari dunia, dan sesedikit mungkin menunjukkan dirinya. Dengan perilaku ini, ia seolah berkata: "Aku kesal, jangan sentuh aku!"

Bagaimana cara mengatasi kepasifan siswa?

Jangan dengan agresi atau perintah. Anak akan menjadi lebih pendiam atau akan mengikuti perintah Anda, tetapi tanpa antusiasme. Anda perlu membantu anak keluar dari cangkangnya, mengekspresikan dirinya, dan agar ini menjadi kebiasaan baginya.

Sangat penting bagi anak untuk dapat berbicara tentang apa yang ia rasakan dan apa saja keinginannya. Orang dewasa perlu meluangkan waktu untuk hal ini, bersabar, dan bersikap bijaksana agar dapat mencapai hasil. Selain itu, hal ini perlu dimulai sedini mungkin, segera setelah anak belajar berbicara.

Begitu orang dewasa berhasil menemukan suatu objek yang benar-benar diminati anak, mereka hampir menaklukkan kepasifan siswa.