Para ilmuwan telah menemukan bahwa otak kita dapat menciptakan kenangan palsu

Hampir semua orang pernah merasakan perasaan ketika tiba-tiba teringat bahwa setrika masih menyala, terutama saat berada jauh dari rumah. Para ahli dari Massachusetts Institute of Technology memutuskan untuk memahami sinyal-sinyal yang dikirimkan otak kepada kita. Mereka sampai pada kesimpulan bahwa otak mampu menciptakan ingatan palsu. Kenangan seperti itu tersebar luas dan bahkan ada bukti dokumenter tentang hal ini. Penelitian ahli saraf menunjukkan bagaimana otak menciptakan ingatan palsu.

Selama ini, para ilmuwan tidak dapat menemukan area otak yang menyimpan memori, yang disebut engram. Setiap memori mencakup beberapa elemen, termasuk ruang, waktu, dan objek. Memori dikodekan sebagai hasil dari perubahan kimia dan fisik pada neuron. Pada tahun 1940-an, ada dugaan bahwa memori disimpan di lobus temporal otak. Ahli bedah saraf W. Penfield melakukan stimulasi listrik pada otak pada pasien epilepsi yang sedang menunggu operasi. Pasien melaporkan bahwa memori mulai muncul di kepala mereka selama stimulasi. Penelitian selanjutnya terhadap pasien amnesia mengonfirmasi bahwa lobus temporal bertanggung jawab untuk menyimpan informasi. Akan tetapi, semua penelitian ini tidak benar-benar mengonfirmasi bahwa engram disimpan di lobus temporal.

Sekelompok spesialis memutuskan untuk mencari tahu di mana cache memori disembunyikan. Untuk melakukan ini, perlu memaksa seseorang untuk mengalami memori dengan mengaktifkan kelompok sel tertentu di wilayah temporal. Untuk mencapai ini, para ilmuwan menggunakan teknologi baru - optogenetika, yang secara selektif dapat merangsang sel-sel tertentu di otak menggunakan cahaya.

Percobaan dilakukan pada tikus yang telah ditanamkan gen Channelrhodopsin, yang mengaktifkan neuron setelah stimulasi cahaya. Sengatan listrik kecil dialirkan ke tikus, dan kedua gen tersebut diaktifkan saat memori tersebut terbentuk. Hasilnya, para ilmuwan menandai sel-sel tersebut dengan memori. Kemudian tikus-tikus tersebut dipindahkan ke sel yang sama sekali baru untuk mereka. Awalnya, tikus-tikus tersebut berperilaku tenang, tetapi ketika sel-sel otak yang ditandai di daerah temporal distimulasi dengan cahaya, tikus-tikus tersebut membeku karena ketakutan - memori sengatan listrik tersebut muncul kembali. Namun para ilmuwan tidak berhenti di situ dan memutuskan untuk menciptakan memori palsu pada tikus-tikus tersebut.

Dalam penelitian baru, tikus ditempatkan lagi di kandang lain di mana mereka sama sekali tidak mengalami emosi negatif. Gen Channelrhodopsin tercatat di otak sebagai memori kandang ini. Tikus kemudian diuji dengan arus listrik di kandang baru, tetapi kali ini bersama dengan stimulasi cahaya untuk mengembalikan memori. Ketika tikus dipindahkan ke kandang di mana mereka belum pernah diuji, mereka berperilaku sangat gelisah dan mengalami ketakutan. Akibatnya, tikus menciptakan memori palsu. Seperti yang telah ditemukan para ilmuwan, jejak memori tersebut disimpan di bagian otak yang sama di mana memori nyata berada.

Para ilmuwan kini mempertimbangkan untuk menciptakan memori yang lebih kompleks, misalnya tentang tikus lain atau tentang makanan.

[ 1 ]