Panas yang tidak normal menyebabkan kematian 17 kali lebih sedikit dibandingkan dengan suhu dingin

Saat ini, teknologi modern memungkinkan kita untuk bertahan hidup dengan lebih tenang dalam kondisi cuaca buruk, seperti musim dingin yang membeku atau musim panas yang panas. Namun, masih banyak kematian yang terjadi justru karena kondisi cuaca.

Suhu yang sangat tinggi telah tercatat di banyak negara dalam beberapa tahun terakhir. Misalnya, di Jepang, lebih dari 400.000 orang dirawat di rumah sakit karena kepanasan. Di musim panas, ribuan orang meninggal karena sengatan panas di seluruh dunia. Namun, para ahli Inggris telah menemukan dalam penelitian terbaru bahwa periode dingin menimbulkan ancaman yang lebih besar terhadap kehidupan daripada suhu musim panas yang sangat tinggi.

Antonio Gasparini, penulis proyek penelitian tersebut, mencatat bahwa selama ini banyak orang percaya bahwa pada hari-hari yang panas, jumlah kematian yang besar terjadi, dan para ilmuwan telah menaruh banyak perhatian pada gelombang panas yang tidak normal. Kelompok Gasparini telah menunjukkan melalui penelitian mereka bahwa pada kenyataannya semuanya adalah kebalikannya, yaitu pada musim dingin jumlah kematian meningkat.

Para peneliti meneliti penyebab kematian lebih dari 70 juta orang dari berbagai negara dengan iklim yang berbeda-beda.

Di setiap negara yang mengambil bagian dalam penelitian ini, suhu udara harian rata-rata dan angka kematian dianalisis, selain itu faktor-faktor lain yang dapat memengaruhi hasil akhir penelitian, seperti polusi udara atau tingkat kelembapan, juga diperhitungkan.

Gasparini dan rekan-rekannya menemukan bahwa cuaca dingin dan embun beku selama 30 tahun terakhir telah menyebabkan kematian lebih dari 5 juta orang. Para ahli sampai pada kesimpulan tersebut setelah mempelajari data dari layanan medis dan statistik setempat di berbagai belahan dunia dengan saksama.

Menurut kelompok penelitian, lebih dari 70 juta orang meninggal selama periode yang dipilih untuk penelitian, dan kondisi cuaca (suhu yang sangat tinggi atau rendah) merupakan penyebab kematian atau salah satu faktor utama yang menyebabkan kematian pada sekitar 8% kasus.

Selama analisis, para ilmuwan menemukan bahwa selama periode musim panas, ketika suhu tinggi yang tidak normal tercatat, sekitar 0,5% (sedikit lebih dari 300 ribu orang) meninggal, dan dalam cuaca dingin atau beku, 17 kali lebih banyak orang meninggal (lebih dari 5 juta orang).

Setelah para ahli membandingkan tingkat keparahan peristiwa cuaca dan frekuensi kematian, mereka terkejut untuk kedua kalinya. Ternyata, 1% dari total jumlah kematian selama periode ini meninggal karena cuaca panas atau dingin yang ekstrem, dan 7% meninggal karena suhu rata-rata, cuaca dingin menyebabkan kematian lebih dari 6% orang.

Penyebab kematiannya, sebagaimana diasumsikan para ilmuwan, adalah infeksi virus pernapasan akut, yang memburuk pada periode musim gugur-musim dingin, dan penyakit jantung.

Berdasarkan temuan tersebut, para ilmuwan mendesak otoritas negara-negara yang mengalami kondisi cuaca abnormal untuk mempertimbangkan kembali kebijakan mereka, karena perawatan kesehatan di hampir semua negara difokuskan pada penghapusan konsekuensi dari cuaca panas yang tidak normal. Gasparini dan rekan-rekannya yakin bahwa tindakan yang akan melindungi kehidupan dan kesehatan warga negara dalam cuaca dingin dan beku adalah hal yang penting.

[ 1 ]