Asam para-aminobenzoat (PABA)

Stemp (1939) adalah orang pertama yang melaporkan keberadaan suatu zat dengan sifat vitamin. Faktor ini diperlukan untuk reproduksi mikroorganisme. Penelitian Woods (1940) menunjukkan bahwa suatu zat yang diisolasi dari Streptococcus haemoliticus mampu mengurangi efek bakteriostatik dari pemberian sulfonamida. Zat ini ternyata adalah asam para-aminobenzoat (PABA).

[ 1 ], [ 2 ], [ 3 ], [ 4 ], [ 5 ], [ 6 ]

Sifat fisikokimia asam para-aminobenzoat (PABA)

Dua analog struktural dengan radikal pada posisi orto dan meta tidak aktif secara biologis. Zat kristal ini berwarna putih dengan semburat kekuningan, memiliki titik leleh 186-187° C, sukar larut dalam air, lebih mudah larut dalam alkohol dan eter. Stabil secara kimia, tahan terhadap perebusan dalam lingkungan asam dan basa. Zat ini digunakan dalam pengobatan penyakit menular, sebagai agen bakteriostatik. Turunan PABA (novocaine, anesthesin), yang memiliki efek anestesi lokal, juga digunakan.

Metabolisme asam para-aminobenzoat (PABA)

Bila diminum secara oral, asam para-aminobenzoat (PABA) sebagian diserap di usus bagian atas, dan sebagian lagi digunakan oleh mikroflora usus besar untuk mensintesis asam folat. PABA ditemukan dalam jumlah yang signifikan di dalam darah: 2-70 μg/dl, dan dikeluarkan melalui urin terutama dalam bentuk asetilasi. Kandungan dalam darah dan ekskresi dari tubuh melalui urin berubah akibat berbagai penyakit. Kandungan tertinggi terdapat pada pasien dengan penyakit kardiovaskular, minimum pada hepatitis kronis, penyakit Botkin, penyakit tukak lambung, dll. 250 μg PABA dikeluarkan melalui feses.

Fungsi biologis asam para-aminobenzoat (PABA)

PABA memiliki berbagai efek fisiologis pada tubuh, sebagai komponen asam folat dan folinat, ia mendorong sintesis purin dan pirimidin, dan akibatnya, RNA dan DNA. Ia memengaruhi metabolisme beberapa amina biogenik. Efek antihistaminnya telah terbukti, yang penting saat menggunakan obat-obatan pada periode pascaoperasi.

Efek penghambatan pertumbuhan sulfonamida dapat dihilangkan dengan pemberian asam folat. Dalam kasus ini, keberadaan PABA tidak diperlukan. Efek positif PABA pada sistem saraf pusat dicatat (proses penghambatan internal dinormalisasi). Ini memengaruhi fungsi kelenjar tiroid. Pemberian dosis toksik obat dalam jangka panjang menyebabkan penekanan sekresi tiroksin dan hiperplasia kelenjar tiroid. Dosis kecil 100-200 mg per dosis mengurangi hiperfungsi kelenjar tiroid, yang khususnya dimanifestasikan dalam normalisasi metabolisme basal, penurunan nilai pertukaran gas dan konsumsi oksigen. Asam para-aminobenzoat (PABA) memengaruhi metabolisme hormon. Ini memperlambat oksidasi adrenalin. Di bawah pengaruhnya, siklus dinormalisasi pada oligomenore.

Asam para-aminobenzoat (PABA) praktis tidak beracun, hipervitaminosis tidak dijelaskan. Namun, jika terjadi overdosis, keadaan depresi dan hipotensi dapat diamati. Penggunaan asam dalam dosis besar 4-6 g per hari dalam terapi kompleks rickettsiosis ternyata sangat efektif, angka kematian akibat penyakit ini menurun. Dibandingkan dengan metode terapi konvensional, penurunan suhu dan pemulihan terjadi lebih awal. PABA mengurangi toksisitas beberapa zat, khususnya arsenik dan antimon. Karena efek fotoprotektifnya, ia digunakan untuk fotodermatosis, dalam salep kosmetik untuk perlindungan dari sengatan matahari.

Dalam dosis 0,1-0,5 g digunakan dalam pengobatan pasien dengan aterosklerosis dan hipertensi. Sebagai hasil dari terapi selama 20 hari, peningkatan kesejahteraan umum dicatat, dan kapasitas kerja meningkat. Pemberian intramuskular efektif dalam pendarahan otot. Pemberiannya meningkatkan efek obat antitumor sarkolisin pada sarkoma 45 dan tumor Garning-Passey. Pada saat yang sama, efek stimulasi pada eritropoiesis dicatat.

Analog struktural PABA banyak digunakan, khususnya sulfonamida, yang memiliki sifat antibakteri. Diasumsikan bahwa sediaan sulfonamida, karena kesamaan strukturalnya, dapat secara kompetitif menggantikan PABA dalam sistem enzimatik mikroorganisme, yang selanjutnya menghentikan pertumbuhan dan reproduksinya. Fungsi koenzim asam ini belum ditetapkan, tetapi, sebagai komponen koenzim asam folat, PABA berpartisipasi dalam banyak proses metabolisme.

[ 7 ], [ 8 ], [ 9 ]

Sumber dan kebutuhan asam para-aminobenzoat (PABA)

Asam para-aminobenzoat (PABA) tersebar luas dalam produk makanan. Pertama kali diisolasi dari ragi. Ditemukan dalam jumlah yang signifikan di hati (2,5 μg/g), ginjal (1,8 μg/g), jantung (1,35 μg/g), ragi (4 μg/g) dan jamur (1,3 μg/g). Produk lain: susu sapi, telur ayam, wortel, bayam, gandum mengandung lebih sedikit.

Kebutuhan harian belum ditetapkan.