Para ilmuwan telah mengembangkan vaksin untuk kecanduan heroin

Untuk mengajarkan sistem kekebalan tubuh agar bereaksi tidak hanya terhadap heroin, tetapi juga terhadap turunannya, para ilmuwan telah mengembangkan "vaksin dinamis" yang mengalami transformasi yang sama di dalam tubuh seperti heroin asli, dan secara bertahap mengajarkan sistem kekebalan tubuh untuk mengenali produk metabolisme heroin.

Di antara pendekatan yang diusulkan oleh para ilmuwan untuk memerangi kecanduan heroin adalah gagasan serum antiheroin, yang melibatkan sistem kekebalan tubuh yang menyerang zat berbahaya tersebut.

Namun kesulitannya adalah heroin dengan cepat berubah menjadi 6-asetilmorfin dan morfin di dalam tubuh, yang dengan mudah melewati sawar darah-otak dan mencapai reseptor opiat di otak. Oleh karena itu, sistem kekebalan tubuh harus secara bersamaan menangkap bukan hanya satu hama, tetapi beberapa sekaligus.

Peneliti dari Scripps Institute (AS) telah menemukan cara untuk melatih sistem imun mengenali beberapa turunan heroin sekaligus. Pertama, para ilmuwan mensintesis molekul hapten yang mirip heroin. Ini adalah molekul "tiruan" yang dapat digunakan untuk "melatih" sistem imun mengenali musuh yang sebenarnya. Namun, molekul ini terlalu kecil untuk dikenali oleh sistem imun, sehingga membutuhkan makromolekul yang besar untuk "menyajikannya". Dalam kasus ini, para peneliti menempelkan hemosianin dari moluska laut fissurella ke "tiruan" hapten, yang dengannya sistem imun mampu menciptakan antibodi spesifik.

Triknya adalah bahwa zat yang meniru heroin tersebut perlahan mengalami perubahan yang sama di dalam tubuh seperti heroin asli, artinya zat tersebut secara bertahap memaparkan sistem kekebalan tubuh terhadap semua turunan morfin dari heroin. Dan protein yang menempel tidak mengganggu hal ini. Para peneliti menyebutnya "vaksin heroin dinamis" dan menyuntikkannya ke tikus untuk menguji efektivitasnya.

Sebagai respons terhadap pengenalan "vaksin dinamis," tubuh hewan mulai mensintesis antibodi terhadap seluruh rangkaian turunan heroin. Selain itu, vaksin tersebut mampu menekan keinginan tikus terhadap heroin: hanya tiga dari tujuh hewan yang terus menekan tuas untuk mendapatkan obat yang diinginkan. Pada saat yang sama, vaksin yang dibuat hanya untuk melawan morfin dan tidak menyediakan perubahan pada zat target tidak mengurangi keinginan hewan terhadap heroin.

Vaksin dinamis tersebut hanya bekerja dengan turunan heroin dan tidak memengaruhi kepekaan terhadap zat lain yang juga berinteraksi dengan reseptor opioid dan digunakan dalam rehabilitasi pecandu narkoba (seperti nalokson atau metadon). Dengan demikian, para peneliti menyimpulkan, vaksin yang mereka buat dapat digunakan bersama dengan jenis terapi antinarkoba lainnya.

[ 1 ], [ 2 ]